Rabu, Februari 01, 2017

Mengurus Perpindahan Sekolah SMA Beda Provinsi

Ketika membicarakan pindahan sekolah, sudah kebayang dibenakku betapa ribetnya dokumen yang harus disiapkan berikut prosedurnya. Siapa sangka bila ternyata memang aku sendiri harus mengalaminya.

Cerita bermula dari si kakak yang pengen pindah sekolah dari jurusan IPA ke Bahasa. Kebetulan kami tinggal di daerah Tangerang dimana sekolah di sana tidak memiliki jurusan Bahasa. Akhirnya sepakatlah kami memindahkan si kakak ke Jakarta dimana kebetulan memang memiliki jurusan Bahasa.

Seperti apa proses pengurusan dan kelengkapan administrasi dokumen yang harus disiapkan, inilah cerita singkat yang aku coba tuliskan kali ini. Namun sebelum melangkah kesana beberapa hal ini perlu diperhatikan di awal

1. Pastikan agar Sekolah yang dituju memiliki ketersediaan bangku bagi siswa. Caranya dengan mendatangi pihak sekolah yang dituju dan mengutarakan maksud dan tujuannya. Nanti Pihak Sekolah akan menginformasikan ada atau tidaknya bangku bagi siswa pindahan. 

2. Bila ada, maka siswa akan diberikan jawal untuk Tes masuk yang akan diselenggrakan oleh Pihak Sekolah. Dalam kasus ini, si Kakak menjalani tes selama 2 hari

3. Bila dinyatakan lulus seleksi tes, maka barulah seluruh dokumen persyaratan administrasinya diurus dan dilengkapi.

Catatan : Sebaiknya pihak orang tua tidak mencabut berkas dari sekolah asal dahulu sampai ada kepastian hasil tes. Jadi selama proses tes berlangsung, siswa akan meminta ijin kepada pihak sekolah guna mengikuti tes seleksi di sekolah yang dituju.

Apabila hasil tes menyatakan siswa lulus, maka berikut prosedur dan dokumen yang harus dilengkapi:

1. Sekolah Asal

  • Orang tua mendatangi Sekolah dan mengajukan Surat Permohonan Pindah yang ditandatangani di atas materai 6.000,- (Dokumen 1)
  • Pihak Sekolah akan mengeluarkan sebuah Surat Keterangan Pindah Sekolah berdasarkan permohonan yang dibuat dari orang tua siswa (Dokumen 2)
2. Sekolah Yang Dituju
  • Berbekal Surat Keterangan Pindah Sekolah yang dikeluarkan dari Sekolah asal, orang tua siswa berangkat ke Sekolah yang dituju
  • Orang Tua siswa membuat Surat Permohonan Pindah kepada Sekolah yang dituju yang ditandatangani di atas materai 6.000,- (Dokumen 3)
  • Pihak Sekolah akan mengeluarkan Surat Keterangan yang berisikan bahwa mereka menerima siswa untuk bersekolah di sana (Dokumen 4)
3. Dokumen Pendukung lainnya :
  • Daftar Hadir Peserta Didik (Dokumen 8355) yang dikeluarkan oleh Sekolah asal (Dokumen 5)
  • Copy Ijazah SMP yang dilegalisir (Dokumen 6)
  • Copy SHUN (Sertifikat Hasil Ujian Nasional) SMP yang dilegalisir (Dokumen 7)
  • Copy Akta Lahir (Dokumen 8)
  • Copy Kartu Keluarga (Dokumen 9)
  • Copy Rapor dari Sekolah asal yang dilegalisir (Dokumen 10)
  • Surat Keterangan Kelakuan Baik dari Sekolah asal (Dokumen 11)
  • Sertifikat Akreditasi Sekolah asal yang dilegalisir (Dokumen 12)
  • Validasi NISN (Dokumen 13)
  • Surat Rekomendasi dari Dinas Pendidikan Sekolah Asal (Dokumen 14)
Catatan : Khusus untuk Dokumen 14, karena kami tinggal di Tangerang maka proses pengurusannya adalah di Kantor Dinas Pendidikan & Kebudayaan Provinsi Banten yang bertempat di Kota Serang. Proses pengurusannya pun tidak rumit, karena hanya diminta membawa copy Dokumen 2 dan Dokumen 4 saja. Tentunya beda Provinsi bisa saja berbeda persyaratannya. Ketika aku mengurus Surat Rekomendasi ini, aku sudah menyiapkan 1 bundel dokumen 1 s/d 13 di tangan untuk jaga-jaga seandainya diminta oleh Dinas Pendidikan sebagai referensi. Namun ternyata hal itu tidak diminta, cukup copy dokumen 2 dan 4 saja sebagai referensi.

Setelah seluruh dokumen 1 s/d 14 telah lengkap, maka seluruh dokumen tersebut dibawa ke Sekolah yang dituju sebagai satu dokumen bundel yang dicopy 3 rangkap. 1 bundel dokumen asli dan 2 copy diserahkan kepada pihak Sekolah yang dituju sedangkan 1 bundel copy kita pegang sebagai arsip.

Berdasarkan pengalaman pengurusan dokumen ini, semuanya Gratis tanpa dipungut bayaran sama sekali. Terima kasih kepada pihak SMAN 7 Tangerang dan juga SMAN 84 Jakarta yang telah sangat kooperatif sekali menjelaskan dan menyediakan dokumen yang diperlukan.

Demikianlah pengalamanku mengurus sendiri pindahan sekolah anak dari Provinsi Banten ke Provinsi DKI Jakarta.    

Selasa, November 17, 2015

Hebohnya Acara Family Gathering - Cilember 2015


Setelah proses perencanaan panjang, akhirnya tanggal 14-15 Juni 2015 lalu, acara Family Gathering sukses juga diadakan. Bertempat di Villa JJ, Cilember - Jawa Barat, rombongan keluargapun berkumpul disana. Sayangnya ada beberapa keluarga yang tidak bisa hadir mengikuti acara tersebut, namun demikian tidak mengurangi kehebohannya. 

Guna mengisi acara lazimnya, beragam acarapun diadakan dari aneka lomba bagi para anggota keluarga. Dari mulai lomba nyari koin, makan telor, sumpit gundu, nusuk jarum yang sayangnya kagak ada satupun yang gue menangin,..... (Miris,....) 





Tak lupa juga acara pembagian hadiah kepada para pemenang lomba digelar di malam harinya yang dilanjutkan dengan acara bakar-bakaran. Yang satu ini memang wajib hukumnya guna mengisi waktu luang dan sedikit meramaikan suasana malam, asal jangan bakar rumah sama perabot saja :) 








Secara overall acara bisa dikatakan sukses terlaksana tanpa ada kendala apapun. Pada akhirnya sebuah kesimpulan bisa diambil, bahwa keluarga adalah sebaik-baiknya tempat untuk berbagi. 

Dan ini adalah penutup dari seluruh acara dimana esok harinya kami semua harus kembali kepada aktifitas dan rutinitas biasa. Semoga kelak bisa kembali berkumpul pada suasana dan tempat yang berbeda. 




See you all next time,..... 

Selasa, Juni 30, 2015

Pengalaman Terkena Penyakit Saraf Terjepit / HNP (Hernia Nucleus Pulposus)


2 bulan lalu, aku sempat terkena penyakit saraf terjepit yang biasa disebut dikalangan medis sebagai HNP (Hernia Nucleus Pulposus). Ceritanya hari itu hari Sabtu, usai dari jalan-jalan mengantar istri, ketika sampai di rumah aku bermaksud memindahkan bangku di teras rumah. Jadi seperti biasa, aku membungkuk untuk mengangkat bangku di teras tersebut. Posisinya mungkin sederhana saja, cuma membungkuk alakadarnya, namun mungkin karena posisiku belumlah sempurna ditambah aku terlalu anggap sepele pekerjaan tersebut dikarenakan memang sebenarnya pekerjaan biasa saja. Dan seketika "cetit" terasa seperti saraf ketarik dari sisi pinggang sebelah kiri sampai ke betis. Sakitnya,.... luar biasa. Aku pernah mengalami terkilir, salah urat, namun tidak seperti yang pernah aku alami tersebut, kali ini aku bisa merasakan bagaimana proses urat di pinggang hingga ke betisku ini terasa tertarik. Dalam hitungan 2 detik saja aku lepaskan peganganku ke bangku yang hendak aku angkat dan hanya bisa diam sejenak merasakan sakit yang terasa menjalar. 

Dari malam hingga keesokan paginya aku tidak bisa tidur karena tubuh ini memang tidak bisa dibaringkan baik terlentang atau tertelungkup. Satu-satunya posisi tidur yang bisa kulakukan hanya menyamping dan itupun sakitnya tidak bisa kuhilangkan. Keesokan harinya, aku coba urut pinggangku ke tukang urut langgananku sambil kujelaskan perihal kejadian semalam. SIngkat kata, selesailah proses pengurutannya. Apakah hilang rasa sakitnya ? Yup, 1 - 2 jam usai diurut aku merasa tubuhku sudah normal, namun lewat 2 jam ternyata keadaan malah membuatku semakin parah. Badanku tidak bisa tegak berdiri, berjalanpun hanya kuat beberapa langkah saja, berdiripun juga hanya kuat dalam hitungan 10 detik saja. Lebih parahnya, posisi tidur terlentang dan tertelungkup nyaris tidak mungkin aku lakukan. Miringpun aku lakukan dengan susah payah. Alhasil aku hanya bisa memposisikan tubung dengan duduk bersandar saja. Dari sinilah penderitaanku dimulai. Aku hanya bisa melewati hari dengan duduk, untuk berjalan yang jaraknya cuma 3 - 4 meter saja aku harus bersusah payah sekali. Tak bisa aku ungkapkan dengan kata bagaimana rasa sakitnya. Dalam hati aku membatin, seperti inikah rasanya saraf terjepit itu ? Mengapa bisa aku simpulkan aku terkena saraf kejepit ? karena aku langsung browsing mencari keterangan di beberapa situ kesehatan dan gejala yang aku alami hampir 100% sama dengan apa yang aku dapatkan keterangannya. 

Hari-hari selanjutnya aku lewati dengan rasa tersiksa. Terlebih ketika saatnya aku harus memeriksakan diri ke dokter saraf, sungguh sebuah perjalanan yang sangat menyiksa dan tidak bisa aku lupakan sampai saat ini. Aku minta istriku memboncengku dengan motor dan sepanjang perjalanan aku merasakan sebuah perjuangan menahan rasa sakit yang tidak terkira. Sekecil apapun guncangan yang ditimbulkan selama perjalanan, entah karena kerikil atau polisi tidur, terasa bagaikan rajaman di pinggangku. Ingin rasanya nangis saat itu karena rasa sakit yang tidak tertahankan.  

Singkat cerita, aku positif didiagnosa terkena saraf kejepit dan harus dilakukan perawatan. Akupun dirujuk ke dokter ortopedi untuk diperiksa dan dari hasil radiologi didapati bahwa ada saraf terjepit di ruas lumbar 3, kemudian tulang belakangku sedikit bengkok sehingga menekan saraf yang ada disana sehingga menyebabkan radang dan radang ini yang menyebabkan sakit yang luar biasa tersebut. Oleh dokter aku diwajibkan menggunakan korset penyangga tulang belakang dan tidak boleh dilepas terkecuali ingin tidur. Dalam hati aku bergumam, bagaimana bisa tidur dengan rasa sakit ini ?    

Oleh dokter ortopedi aku diberikan obat penghilang rasa sakit dan obat anti radang. Dokter mengatakan bahwa proses ini akan memakan waktu paling cepatnya 2 minggu bahkan bisa sampai hitungan bulan tergantung seberapa parahnya penyakitku ini. 1 Minggu aku konsumsi obat dari dokter, namun tanda-tanda penyakitku sembuh atau lebih ringan saja tidak terjadi. Jujur saja aku mulai merasa was-was saat itu.

1 minggu usai berobat ke dokter ortopedi, aku berusaha mencari informasi lain sebagai referensi kesembuhan. Dari hasil browsingku, akupun mampir ke alamat alternatif : Ahli Totok Syaraf  yang diasuh oleh Pak Hendrawan, seorang pakar pengobatan syaraf yang banyak mengobati pasien yang terkena masalah di seputar tulang belakang. Esoknya, aku paksakan berangkat kesana. Aku pikir namanya juga ikhtiar jadi tidak ada salahnya aku coba. Ketika sampai di tempat Pak Hendrawan, aku langsung didiagnosa dan ternyata dengan pengalamannya Pak Hendrawan sudah bisa membaca bahwa tulang belakangku agak bengkok sehingga menekan saraf, padahal hasil rontgen tidak aku tunjukkan. Mulailah aku diterapi oleh Pak Hendrawan. Pak Hendrawan bilang, kalau saja tidak terlambat, mungkin sekali terapi sudah cukup, tapi karena sudah terlambat maka paling tidak butuh 2 kali atau 3 kali terapi. Terapi yang dilakukan oleh Pak Hendrawan terdiri dari beberapa tahap, yaitu :
Tahap pertama tubuh kita diberikan acupuncture, tahapan kedua diberikan acupressure dan tahapan ketiga posisi tulang yang bengkok mulai diluruskan. Dari ketiga tahapan itu, tahapan ketiga yang bikin aku berhenti bernafas yaitu ketika tulang belakangku yang membengkok diperbaiki kelurusannya, rasanya mantap (baca : nyesek). 

Namun, usai terapi pertama yang dilakukan oleh Pak Hendrawan, saat itu juga aku merasakan adanya keringanan dari rasa sakitku ini. Aku yang datang kesana dengan berjalan terbungkuk dan melangkah tertatih, sudah bisa berjalan pulang dengan tegak dan langkahku terasa ringan meski masih merasakan sakit. kemudian pada pengulangan usai di terapi kedua kalinya, Alhamdulillah aku sudah tidak lagi merasakan sakit. 

Kesimpulan yang bisa aku ambil, bagi siapapun penderita HNP ini, ada 2 hal yang perlu dilakukan, berobat ke dokter harus dilakukan karena dari dokterlah kita mendapatkan obat penghilang rasa sakit dan penghilang radangnya, sementara ke alternatif semacam Pak Hendrawan, posisi tulang yang menekan saraf kita diperbaiki. Kombinasi kedua cara ini membuat proses penyembuhannya menjadi cepat. Yang pasti, dari beberapa keterangan yang aku baca, HNP tidak akan hilang apabila hanya diobati oleh obat saja, perlu penanganan secara pisik pula untuk menuntaskan penyakit ini. Adapun pelajaran yang aku ambil dari kasusku, jangan pernah menganggap remeh sebuah pekerjaan sekalipun hanya mengangkat sebuah bangku. Hal lainnya, selalu berusaha mencari kesembuhan dan bersabarlah dalam menjalani pengobatan karena kesembuhan tidak datang secara tiba-tiba.  

Kamis, Januari 08, 2015

Sholat sebagai bentuk proposal kita kepada Allah S.W.T


Seorang kawan pernah datang dan mengeluhkan betapa tidak adilnya Allah. Contoh yang diberikan adalah dia melihat kehidupan seorang tetangganya yang terlihat "kaya" (dalam persepsinya). Berikut bentuk cuplikan dialognya :

Kawan : "Mas, saya bingung kadang-kadang, apakah Allah cukup adil melimpahkan rezekinya kepada kita ?"

Saya : "Mengapa bertanya demikian bang,... ?"

Kawan : "Saya sih merasanya begitu, coba lihat tetangga saya, dari jaman saya masih kecil hingga saya dewasa, kehidupannya tetap saja tidak berubah, masih tetap kaya. Saya tidak pernah melihat atau mendengarnya susah. Katanya hidup ini seperti roda yang berputar, terkadang di atas dan terkadang di bawah. Tapi kok tetangga saya itu tidak pernah berada di bawah ya, sementara kehidupan saya ini berubah-ubah terkadang di atas, ya terkadang di bawah ?"

Demikianlah sedikit cuplikan dari "keluhan" kawan saya ini. Sebuah pertanyaan sederhana dalam lingkup kehidupan sosial yang nyata terjadi dan mungkin ada di dalam hati kita semua meski terkadang tidak pernah terucapkan. 

Sebenarnya, jawaban pertanyaan tersebut sangat mudah bagi orang yang berpikir luas dan panjang, namun saya akan coba mengulasnya dari sisi lain. 

Allah Maha Kaya, Maha Pemurah, Maha Adil dan juga Maha Bijaksana. Itu tidak perlu diragukan atau dipertanyakan lagi. Kekayaan Allah sungguh sangat berlimpah, Kemurahan Allah sungguh tiada berbatas dan Keadilan Allah memiliki bentuk sendiri. Tanpa diminta saja, Allah selalu memberi apalagi bila diminta. Adilnya Allah tidaklah sama dengan adilnya manusia. Bila manusia menganggap sebuah keadilan adalah dengan membagi sama rata, maka tidak demikian dengan Allah. Karena Allah Maha Mengetahui, maka Allah tidaklah memberi setiap apa yang kita minta, melainkan memberi pada apa yang menurut Allah baik bagi kita. 

Namun terlepas dari hal tersebut, apakah berarti kita tidak perlu meminta lagi kepada Allah dengan dalih "bukankah Allah tahu mana yang terbaik bagi kita ?". Tentunya tidak demikian adanya. Sebagai manusia, kita tetap harus memintanya sambil disisi lain juga berikhtiar untuk mewujudkan apa keinginan kita. 

"Ud'uuni astajiblakum !" 
Mintalah padaKu, niscaya kan Kukabulkan permintaanmu

Pernahkah terbersit dalam hati kita untuk membuat sebuah proposal kepada Allah ? 
Sebagai manusia, di dalam kehidupan sehari-hari pasti kita memiliki keinginan. Sebagai contoh, bagi karyawan tentunya kita sering mengajukan proposal kepada pimpinan perusahaan tempat dimana kita bekerja, entah itu proposal cuti, proposal kenaikan pangkat atau proposal kenaikan gaji dan lain sebagainya. Lalu mengapa kita tidak mengajukan proposal kepada Allah, Sang Maha Kuasa atas segalanya ? Lalu bagaimana caranya ? Jawabannya sederhana, do'a merupakan bentuk proposal kita dan Sholat 5 waktu adalah medianya. 

Sebuah proposal dibuat dengan syarat dan etika tersendiri agar mendapatkan persetujuan. Penggunaan bahasa yang jelas dan santun, waktu pengajuan dan cara penyampaiannya yang tepat akan menentukan berhasil atau tidaknya sebuah proposal tersebut disetujui. Demikian pula ketika kita mengajukan sebuah proposal kepada Allah maka hal-hal di atas juga berlaku. 

Mulailah dengan berwudhu' untuk mensucikan diri dari najis yang melekat, kemudian gunakan pakaian yang pantas karena kita akan berhadapan dengan Allah. Kalau untuk menghadap pimpinan saja kita berpakaian yang rapi, apalagi ketika berhadapan dengan Allah, Sang pencipta yang telah menciptakan pimpinan kita, bukankah harusnya lebih rapi lagi ? Namun tidak seperti di kantor yang ketika mengajukan proposal harus pula melihat mood pimpinan yang bagus (baca : tidak jelas), mengajukan proposal kepada Allah punya waktu yang jelas yaitu 5 waktu sehari selama  seumur hidup kita karena tidak ada satu waktupun dari waktu yang Allah sediakan tidak tepat karena Allah tidak pernah memiliki Bad Mood kepada hambaNya yang datang menghadap. 

Bila kita cermati, ketika kita tengah duduk diantara dua sujud, maka do'a yang diucapkan sudah mewakili seluruh proposal hidup kita. Tidak percaya, silahkan simak :

Robbigfirli,... Wahai Tuhanku
Warhamni,... Sayangi diriku
Wajburni,... Cukupkan kekuranganku
Warfa'ni,.... Angkatlah derajatku
Warzuqni,... Berilah aku rizki
Wahdini,... Berilah petunjuk kepadaku
Wa'afini,... Berikanlah aku kesehatan
Wa'fu 'anni,... Berilah ampunan kepadaku

Bayangkan saja, ketika kita tengah mengajukan proposal kepada pimpinan kita dan saat itu pimpinan kita mengatakan "baik, permintaan anda saya setujui", apakah anda akan bahagia ketika keluar dari ruangannya ? 
Sama dengan hal tersebut diatas, bayangkan bila ketika kita meminta kepada Allah dengan kalimat di atas, pada bait demi bait do'a Allah menjawab seluruh permintaan tersebut dengan "Aku Kabulkan Permintaanmu", apa kira-kira kita akan susah hidup di dunia ini ?

Oleh karena itu, mengapa sholat disebut sebagai pondasi agama, karena ada banyak nilai dan makna yang terkandung di dalamnya dari sekedar melaksanakan kewajiban saja. Jadikan sholat sebagai sebuah kebutuhan bagi kita, maka Insya Allah kita tidak akan pernah takut ditimpa kesulitan untuk hidup di dunia ini karena kita tahu bahwa ada 5 waktu bagi kita untuk bisa menghadap kepada Allah, dan ketika Allah menjawab seluruh do'a kita, maka apalagi yang harus ditakutkan oleh kita ? 

Semoga sedikit tulisan ini bisa memberikan pencerahan bagi kita semua. Dirikan sholat karena kita memang butuh kepada Allah, lakukan pekerjaan kita sebagai bentuk amaliyah di dunia, ucapkan do'a karena kita memang mengharapkan pertolonganNya, serta berpasrah dan berpikir positif bahwa Allah akan mengabulkan do'a kita, maka Insya Allah hidup kita akan penuh dengan nilai optimis yang tinggi tanpa takut dengan kemiskinan, hidup tidak berkecukupan dan tersasar di dunia ini. 

Simaklah firman Allah dalam Al-Qur'an ini :

"Wamaa min daabbatin fil ardi illaa 'alallahi rizquha"
Tidak ada satupun yang melata dibumi ini kecuali Allah telah memberikan rizki kepadanya

Allah Maha Kaya dan Maha Pemurah, hanya sebagai manusia kita saja yang tidak tahu cara memintanya. Semoga Allah memberikan taufiq dan hidayahNya kepada kita semua sebagai orang mu'min. 

Kamis, Februari 21, 2013

Al-Yadul Ulaa,...Khoirun Min Yadissuflaa,... (Tangan Diatas Lebih Mulia Daripada Tangan Dibawah)


Bersedekah,....... !!! sebuah kalimat sederhana namun sangat sulit mengimplementasikannya. Yup, bersedekah tidaklah semudah kelihatannya. Harus ada unsur ikhlas di dalamnya,... menafikan sifat riya (ingin dipuji) dan ujub (membanggakan diri). 

Lalu, apa yang kita dapat dari bersedekah ? Tentunya sangat banyak sekali. Sedekah melatih jiwa kita untuk peduli terhadap sesama, menafikan pamrih. Sedekah juga menjaga kita dikala kita mengalami keterpurukan harta. 

Apakah ini benar adanya ? Atau hanya sebuah cerita-cerita yang didengungkan oleh para ustadz-ustadz saat berceramah ? Untuk hal ini, aku sendiri yang akan menjawabnya langsung dengan kalimat, "Benar,.....!!!"

Sejak kecil orang tua mengajarkanku untuk rajin bersedekah. Bukan tanpa alasan mereka mengajarkan itu. Ayahku pernah mengatakan kepadaku, "Wan,.... jangan lupakan untuk menyisihkan harta guna bersedekah kepada mereka yang membutuhkan, karena itu akan melipat gandakan harta kita dan juga menjaga kita dikala kondisi harta kita sedang mengalami keterpurukan. Selain itu, tidak ada orang yang miskin karena sering bersedekah,...."

Lama sekali aku merenungi kalimat itu serta membuktikannya di dalam pengalaman hidupku. Dari yang aku alami hingga kini, entah sudah berapa kali Allah membuktikan keajaiban manfaat bersedekah kepadaku. Aku masih ingat beberapa peristiwa dimana aku sangat membutuhkan biaya guna suatu kebutuhan. Dikala aku tengah butuh biaya besar dan aku merasa harapanku untuk mendapatkan uang sangat kecil (secara logika), alhamdulillah, Allah memberikan jalan keluar dari kesulitan itu. Subhanallah,.... Maha Suci engkah Ya Allah yang telah memudahkan segala yang sukar bagiku. 

Namun, ada hal terberat dari bersedekah ini, yaitu menjaga hati agar tetap ikhlas terhadap apa yang kita keluarkan. Inilah hal terberat dari esensi bersedekah. Kemudian, sangatlah sukar bersedekah dikala kondisi kita tidak punya ketimbang berharta. Itu telah aku buktikan sendiri. Oleh karenanya sangatlah berbeda nilai sedekah antara orang yang miskin dengan orang yang berharta. Silahkan imajinasikan, orang miskin yang hanya memiliki uang 10 ribu rupiah dan menyedekahkan 5 ribu rupiah uangnya dengan orang kaya yang hartanya berlimpah dan menyedekahkan 20 juta rupiah uangnya.  

Ya Allah,...
Semoga Kau berikan kekuatan hatiku untuk selalu bisa menjaga hatiku,...
Semoga Kau jaga kami dari kefakiran, karena kami takut fakir akan membawa kami ke menjadi kufur,...

Ya Muqollibal Qulub,... (Wahai Sang Pembolak balik hati)
Tsabbit Qolbii 'ala diinika,... (Tetapkan hatiku pada agamamu)

Ya Muyassiro kulli asiir,... (Wahai Yang memudahkan segala yang sukar)
Fataisirul asiir 'alaika yasiir,...(Mudahkan segala yang sukar karena bagiMu itu sangat mudah)




Selasa, Februari 19, 2013

Kisah Inspiratif - Seseorang baru akan berarti dikala telah tiada disisi


Sebuah kisah yang sangat inspiratif yang bisa di share, sangat layak untuk dibaca :


BAGIAN 1


Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri.

Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.

Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.

Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.

Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya.

Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.

Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkawinanku, aku juga membenci kedua orangtuaku.

Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.

Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.

“Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut.

Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”

“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.

Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.

Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi, ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.


BAGIAN 2


Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.

Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.

Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.

Saat pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.

Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.

Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.

Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.


BAGIAN 3


Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.

Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.

Istriku Liliana tersayang,

Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.

Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang.

Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.

Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke,.... Buddy!

Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.

Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.

Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.

Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”

Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”

Putriku menatapku, “seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”

Aku menggeleng, “bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”

Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.

Jumat, Januari 25, 2013

Membuat Silsilah Keluarga

Hal utama yang sering dialami oleh kita semua adalah pemahaman akan silsilah keluarga. Banyak diantara kita yang terkadang bingung saat harus mendokumentasikan silsilah keluarga dikarenakan pembuatannya yang memakan extra tenaga juga disebabkan pula oleh keterbatasan software yang mengakomodasinya yang dirasa cukup user friendly. 

Berangkat dari hal itu, aku mencoba satu persatu software silsilah keluarga yang banyak bertebaran di internet dari yang freeware sampai yang berbayar. Untuk kali ini, aku akan mencoba share sebuah fasilitas pembuatan silsilah keluarga yang disediakan secara on-line. keuntungannya menggunakan fasilitas ini adalah, kita bisa mengaksesnya disaat dibutuhkan selama ada koneksi internet. 

Situs yang menyediakan software ini adalah www.geni.com. Tampilannya saat pertama kali dibuka adalah seperti ini :

 
Bagi kalian yang belum memiliki account bisa mendaftar disana secara free (lihat marker kotak) dan bagi kalian yang telah memiliki account bisa langsung log in (lihat marker lingkaran)

Berikut adalah tampilan halaman ketika kita telah log in :


Kita bisa langsung melihat silsilah (family tree) dengan mengklik "tree" pada baris atas (lihat marker lingkaran). 
Setelah masuk ke menu "tree" berikut adalah tampilannya :


Kita bisa menambahkan nama saudara atau anak dengan mengklik panah samping atau bawah. Untuk pilihan  penambahan informasi saat mengklik panah bawah dapat dilihat pada gambar di atas, sementara untuk pilihan penambahan informasi saat mengklik panah samping dapat dilihat pada gambar berikut ini :


Software Geni ini akan terus bisa terangkai dengan kompleks,misalnya usai kita buat silsilah dari sisi kita, kita bisa membuat pula silsilah dari sisi istri kita, atau kakak ipar kita, atau dari sisi lainnya secara bersambungan tak berbatas. 

Katakanlah kita telah membuat silsilah dari sisi istri kita, maka secara otomatis akan ada tanda di kolom istri kita yang menunjukkan bahwa istri kita tersebut memiliki silsilah tersendiri yang dapat diakses dengan mengklik tanda tersebut. Berikut gambar tampilannya (lihat marker lingkaran):


Intinya, bagiku software ini sangat berguna saat harus melakukan update silsilah keluarga. Fasilitas akses on-line nya memudahkanku dalam mengaksesnya disaat aku harus berkunjung ke rumah kerabat/orang tua/sesepuh dan lainnya dimana aku bisa langsung menambahkannya disana. 

Demikian share kali ini, semoga bisa bermanfaat bagi semuanya. Yang terpenting adalah jangan sampai anak atau cucu kita nanti tidak mengetahui sama sekali silsilah mereka agar tidak perlu terjadi putus silaturahmi atau padam obor. 

Salam