Seorang kawan pernah datang dan mengeluhkan betapa tidak adilnya Allah. Contoh yang diberikan adalah dia melihat kehidupan seorang tetangganya yang terlihat "kaya" (dalam persepsinya). Berikut bentuk cuplikan dialognya :
Kawan : "Mas, saya bingung kadang-kadang, apakah Allah cukup adil melimpahkan rezekinya kepada kita ?"
Saya : "Mengapa bertanya demikian bang,... ?"
Kawan : "Saya sih merasanya begitu, coba lihat tetangga saya, dari jaman saya masih kecil hingga saya dewasa, kehidupannya tetap saja tidak berubah, masih tetap kaya. Saya tidak pernah melihat atau mendengarnya susah. Katanya hidup ini seperti roda yang berputar, terkadang di atas dan terkadang di bawah. Tapi kok tetangga saya itu tidak pernah berada di bawah ya, sementara kehidupan saya ini berubah-ubah terkadang di atas, ya terkadang di bawah ?"
Demikianlah sedikit cuplikan dari "keluhan" kawan saya ini. Sebuah pertanyaan sederhana dalam lingkup kehidupan sosial yang nyata terjadi dan mungkin ada di dalam hati kita semua meski terkadang tidak pernah terucapkan.
Sebenarnya, jawaban pertanyaan tersebut sangat mudah bagi orang yang berpikir luas dan panjang, namun saya akan coba mengulasnya dari sisi lain.
Allah Maha Kaya, Maha Pemurah, Maha Adil dan juga Maha Bijaksana. Itu tidak perlu diragukan atau dipertanyakan lagi. Kekayaan Allah sungguh sangat berlimpah, Kemurahan Allah sungguh tiada berbatas dan Keadilan Allah memiliki bentuk sendiri. Tanpa diminta saja, Allah selalu memberi apalagi bila diminta. Adilnya Allah tidaklah sama dengan adilnya manusia. Bila manusia menganggap sebuah keadilan adalah dengan membagi sama rata, maka tidak demikian dengan Allah. Karena Allah Maha Mengetahui, maka Allah tidaklah memberi setiap apa yang kita minta, melainkan memberi pada apa yang menurut Allah baik bagi kita.
Namun terlepas dari hal tersebut, apakah berarti kita tidak perlu meminta lagi kepada Allah dengan dalih "bukankah Allah tahu mana yang terbaik bagi kita ?". Tentunya tidak demikian adanya. Sebagai manusia, kita tetap harus memintanya sambil disisi lain juga berikhtiar untuk mewujudkan apa keinginan kita.
"Ud'uuni astajiblakum !"
Mintalah padaKu, niscaya kan Kukabulkan permintaanmu
Pernahkah terbersit dalam hati kita untuk membuat sebuah proposal kepada Allah ?
Sebagai manusia, di dalam kehidupan sehari-hari pasti kita memiliki keinginan. Sebagai contoh, bagi karyawan tentunya kita sering mengajukan proposal kepada pimpinan perusahaan tempat dimana kita bekerja, entah itu proposal cuti, proposal kenaikan pangkat atau proposal kenaikan gaji dan lain sebagainya. Lalu mengapa kita tidak mengajukan proposal kepada Allah, Sang Maha Kuasa atas segalanya ? Lalu bagaimana caranya ? Jawabannya sederhana, do'a merupakan bentuk proposal kita dan Sholat 5 waktu adalah medianya.
Sebuah proposal dibuat dengan syarat dan etika tersendiri agar mendapatkan persetujuan. Penggunaan bahasa yang jelas dan santun, waktu pengajuan dan cara penyampaiannya yang tepat akan menentukan berhasil atau tidaknya sebuah proposal tersebut disetujui. Demikian pula ketika kita mengajukan sebuah proposal kepada Allah maka hal-hal di atas juga berlaku.
Mulailah dengan berwudhu' untuk mensucikan diri dari najis yang melekat, kemudian gunakan pakaian yang pantas karena kita akan berhadapan dengan Allah. Kalau untuk menghadap pimpinan saja kita berpakaian yang rapi, apalagi ketika berhadapan dengan Allah, Sang pencipta yang telah menciptakan pimpinan kita, bukankah harusnya lebih rapi lagi ? Namun tidak seperti di kantor yang ketika mengajukan proposal harus pula melihat mood pimpinan yang bagus (baca : tidak jelas), mengajukan proposal kepada Allah punya waktu yang jelas yaitu 5 waktu sehari selama seumur hidup kita karena tidak ada satu waktupun dari waktu yang Allah sediakan tidak tepat karena Allah tidak pernah memiliki Bad Mood kepada hambaNya yang datang menghadap.
Bila kita cermati, ketika kita tengah duduk diantara dua sujud, maka do'a yang diucapkan sudah mewakili seluruh proposal hidup kita. Tidak percaya, silahkan simak :
Robbigfirli,... Wahai Tuhanku
Warhamni,... Sayangi diriku
Wajburni,... Cukupkan kekuranganku
Warfa'ni,.... Angkatlah derajatku
Warzuqni,... Berilah aku rizki
Wahdini,... Berilah petunjuk kepadaku
Wa'afini,... Berikanlah aku kesehatan
Wa'fu 'anni,... Berilah ampunan kepadaku
Bayangkan saja, ketika kita tengah mengajukan proposal kepada pimpinan kita dan saat itu pimpinan kita mengatakan "baik, permintaan anda saya setujui", apakah anda akan bahagia ketika keluar dari ruangannya ?
Sama dengan hal tersebut diatas, bayangkan bila ketika kita meminta kepada Allah dengan kalimat di atas, pada bait demi bait do'a Allah menjawab seluruh permintaan tersebut dengan "Aku Kabulkan Permintaanmu", apa kira-kira kita akan susah hidup di dunia ini ?
Oleh karena itu, mengapa sholat disebut sebagai pondasi agama, karena ada banyak nilai dan makna yang terkandung di dalamnya dari sekedar melaksanakan kewajiban saja. Jadikan sholat sebagai sebuah kebutuhan bagi kita, maka Insya Allah kita tidak akan pernah takut ditimpa kesulitan untuk hidup di dunia ini karena kita tahu bahwa ada 5 waktu bagi kita untuk bisa menghadap kepada Allah, dan ketika Allah menjawab seluruh do'a kita, maka apalagi yang harus ditakutkan oleh kita ?
Semoga sedikit tulisan ini bisa memberikan pencerahan bagi kita semua. Dirikan sholat karena kita memang butuh kepada Allah, lakukan pekerjaan kita sebagai bentuk amaliyah di dunia, ucapkan do'a karena kita memang mengharapkan pertolonganNya, serta berpasrah dan berpikir positif bahwa Allah akan mengabulkan do'a kita, maka Insya Allah hidup kita akan penuh dengan nilai optimis yang tinggi tanpa takut dengan kemiskinan, hidup tidak berkecukupan dan tersasar di dunia ini.
Simaklah firman Allah dalam Al-Qur'an ini :
"Wamaa min daabbatin fil ardi illaa 'alallahi rizquha"
Tidak ada satupun yang melata dibumi ini kecuali Allah telah memberikan rizki kepadanya
Allah Maha Kaya dan Maha Pemurah, hanya sebagai manusia kita saja yang tidak tahu cara memintanya. Semoga Allah memberikan taufiq dan hidayahNya kepada kita semua sebagai orang mu'min.