Selasa, November 17, 2015

Hebohnya Acara Family Gathering - Cilember 2015


Setelah proses perencanaan panjang, akhirnya tanggal 14-15 Juni 2015 lalu, acara Family Gathering sukses juga diadakan. Bertempat di Villa JJ, Cilember - Jawa Barat, rombongan keluargapun berkumpul disana. Sayangnya ada beberapa keluarga yang tidak bisa hadir mengikuti acara tersebut, namun demikian tidak mengurangi kehebohannya. 

Guna mengisi acara lazimnya, beragam acarapun diadakan dari aneka lomba bagi para anggota keluarga. Dari mulai lomba nyari koin, makan telor, sumpit gundu, nusuk jarum yang sayangnya kagak ada satupun yang gue menangin,..... (Miris,....) 





Tak lupa juga acara pembagian hadiah kepada para pemenang lomba digelar di malam harinya yang dilanjutkan dengan acara bakar-bakaran. Yang satu ini memang wajib hukumnya guna mengisi waktu luang dan sedikit meramaikan suasana malam, asal jangan bakar rumah sama perabot saja :) 








Secara overall acara bisa dikatakan sukses terlaksana tanpa ada kendala apapun. Pada akhirnya sebuah kesimpulan bisa diambil, bahwa keluarga adalah sebaik-baiknya tempat untuk berbagi. 

Dan ini adalah penutup dari seluruh acara dimana esok harinya kami semua harus kembali kepada aktifitas dan rutinitas biasa. Semoga kelak bisa kembali berkumpul pada suasana dan tempat yang berbeda. 




See you all next time,..... 

Selasa, Juni 30, 2015

Pengalaman Terkena Penyakit Saraf Terjepit / HNP (Hernia Nucleus Pulposus)


2 bulan lalu, aku sempat terkena penyakit saraf terjepit yang biasa disebut dikalangan medis sebagai HNP (Hernia Nucleus Pulposus). Ceritanya hari itu hari Sabtu, usai dari jalan-jalan mengantar istri, ketika sampai di rumah aku bermaksud memindahkan bangku di teras rumah. Jadi seperti biasa, aku membungkuk untuk mengangkat bangku di teras tersebut. Posisinya mungkin sederhana saja, cuma membungkuk alakadarnya, namun mungkin karena posisiku belumlah sempurna ditambah aku terlalu anggap sepele pekerjaan tersebut dikarenakan memang sebenarnya pekerjaan biasa saja. Dan seketika "cetit" terasa seperti saraf ketarik dari sisi pinggang sebelah kiri sampai ke betis. Sakitnya,.... luar biasa. Aku pernah mengalami terkilir, salah urat, namun tidak seperti yang pernah aku alami tersebut, kali ini aku bisa merasakan bagaimana proses urat di pinggang hingga ke betisku ini terasa tertarik. Dalam hitungan 2 detik saja aku lepaskan peganganku ke bangku yang hendak aku angkat dan hanya bisa diam sejenak merasakan sakit yang terasa menjalar. 

Dari malam hingga keesokan paginya aku tidak bisa tidur karena tubuh ini memang tidak bisa dibaringkan baik terlentang atau tertelungkup. Satu-satunya posisi tidur yang bisa kulakukan hanya menyamping dan itupun sakitnya tidak bisa kuhilangkan. Keesokan harinya, aku coba urut pinggangku ke tukang urut langgananku sambil kujelaskan perihal kejadian semalam. SIngkat kata, selesailah proses pengurutannya. Apakah hilang rasa sakitnya ? Yup, 1 - 2 jam usai diurut aku merasa tubuhku sudah normal, namun lewat 2 jam ternyata keadaan malah membuatku semakin parah. Badanku tidak bisa tegak berdiri, berjalanpun hanya kuat beberapa langkah saja, berdiripun juga hanya kuat dalam hitungan 10 detik saja. Lebih parahnya, posisi tidur terlentang dan tertelungkup nyaris tidak mungkin aku lakukan. Miringpun aku lakukan dengan susah payah. Alhasil aku hanya bisa memposisikan tubung dengan duduk bersandar saja. Dari sinilah penderitaanku dimulai. Aku hanya bisa melewati hari dengan duduk, untuk berjalan yang jaraknya cuma 3 - 4 meter saja aku harus bersusah payah sekali. Tak bisa aku ungkapkan dengan kata bagaimana rasa sakitnya. Dalam hati aku membatin, seperti inikah rasanya saraf terjepit itu ? Mengapa bisa aku simpulkan aku terkena saraf kejepit ? karena aku langsung browsing mencari keterangan di beberapa situ kesehatan dan gejala yang aku alami hampir 100% sama dengan apa yang aku dapatkan keterangannya. 

Hari-hari selanjutnya aku lewati dengan rasa tersiksa. Terlebih ketika saatnya aku harus memeriksakan diri ke dokter saraf, sungguh sebuah perjalanan yang sangat menyiksa dan tidak bisa aku lupakan sampai saat ini. Aku minta istriku memboncengku dengan motor dan sepanjang perjalanan aku merasakan sebuah perjuangan menahan rasa sakit yang tidak terkira. Sekecil apapun guncangan yang ditimbulkan selama perjalanan, entah karena kerikil atau polisi tidur, terasa bagaikan rajaman di pinggangku. Ingin rasanya nangis saat itu karena rasa sakit yang tidak tertahankan.  

Singkat cerita, aku positif didiagnosa terkena saraf kejepit dan harus dilakukan perawatan. Akupun dirujuk ke dokter ortopedi untuk diperiksa dan dari hasil radiologi didapati bahwa ada saraf terjepit di ruas lumbar 3, kemudian tulang belakangku sedikit bengkok sehingga menekan saraf yang ada disana sehingga menyebabkan radang dan radang ini yang menyebabkan sakit yang luar biasa tersebut. Oleh dokter aku diwajibkan menggunakan korset penyangga tulang belakang dan tidak boleh dilepas terkecuali ingin tidur. Dalam hati aku bergumam, bagaimana bisa tidur dengan rasa sakit ini ?    

Oleh dokter ortopedi aku diberikan obat penghilang rasa sakit dan obat anti radang. Dokter mengatakan bahwa proses ini akan memakan waktu paling cepatnya 2 minggu bahkan bisa sampai hitungan bulan tergantung seberapa parahnya penyakitku ini. 1 Minggu aku konsumsi obat dari dokter, namun tanda-tanda penyakitku sembuh atau lebih ringan saja tidak terjadi. Jujur saja aku mulai merasa was-was saat itu.

1 minggu usai berobat ke dokter ortopedi, aku berusaha mencari informasi lain sebagai referensi kesembuhan. Dari hasil browsingku, akupun mampir ke alamat alternatif : Ahli Totok Syaraf  yang diasuh oleh Pak Hendrawan, seorang pakar pengobatan syaraf yang banyak mengobati pasien yang terkena masalah di seputar tulang belakang. Esoknya, aku paksakan berangkat kesana. Aku pikir namanya juga ikhtiar jadi tidak ada salahnya aku coba. Ketika sampai di tempat Pak Hendrawan, aku langsung didiagnosa dan ternyata dengan pengalamannya Pak Hendrawan sudah bisa membaca bahwa tulang belakangku agak bengkok sehingga menekan saraf, padahal hasil rontgen tidak aku tunjukkan. Mulailah aku diterapi oleh Pak Hendrawan. Pak Hendrawan bilang, kalau saja tidak terlambat, mungkin sekali terapi sudah cukup, tapi karena sudah terlambat maka paling tidak butuh 2 kali atau 3 kali terapi. Terapi yang dilakukan oleh Pak Hendrawan terdiri dari beberapa tahap, yaitu :
Tahap pertama tubuh kita diberikan acupuncture, tahapan kedua diberikan acupressure dan tahapan ketiga posisi tulang yang bengkok mulai diluruskan. Dari ketiga tahapan itu, tahapan ketiga yang bikin aku berhenti bernafas yaitu ketika tulang belakangku yang membengkok diperbaiki kelurusannya, rasanya mantap (baca : nyesek). 

Namun, usai terapi pertama yang dilakukan oleh Pak Hendrawan, saat itu juga aku merasakan adanya keringanan dari rasa sakitku ini. Aku yang datang kesana dengan berjalan terbungkuk dan melangkah tertatih, sudah bisa berjalan pulang dengan tegak dan langkahku terasa ringan meski masih merasakan sakit. kemudian pada pengulangan usai di terapi kedua kalinya, Alhamdulillah aku sudah tidak lagi merasakan sakit. 

Kesimpulan yang bisa aku ambil, bagi siapapun penderita HNP ini, ada 2 hal yang perlu dilakukan, berobat ke dokter harus dilakukan karena dari dokterlah kita mendapatkan obat penghilang rasa sakit dan penghilang radangnya, sementara ke alternatif semacam Pak Hendrawan, posisi tulang yang menekan saraf kita diperbaiki. Kombinasi kedua cara ini membuat proses penyembuhannya menjadi cepat. Yang pasti, dari beberapa keterangan yang aku baca, HNP tidak akan hilang apabila hanya diobati oleh obat saja, perlu penanganan secara pisik pula untuk menuntaskan penyakit ini. Adapun pelajaran yang aku ambil dari kasusku, jangan pernah menganggap remeh sebuah pekerjaan sekalipun hanya mengangkat sebuah bangku. Hal lainnya, selalu berusaha mencari kesembuhan dan bersabarlah dalam menjalani pengobatan karena kesembuhan tidak datang secara tiba-tiba.  

Kamis, Januari 08, 2015

Sholat sebagai bentuk proposal kita kepada Allah S.W.T


Seorang kawan pernah datang dan mengeluhkan betapa tidak adilnya Allah. Contoh yang diberikan adalah dia melihat kehidupan seorang tetangganya yang terlihat "kaya" (dalam persepsinya). Berikut bentuk cuplikan dialognya :

Kawan : "Mas, saya bingung kadang-kadang, apakah Allah cukup adil melimpahkan rezekinya kepada kita ?"

Saya : "Mengapa bertanya demikian bang,... ?"

Kawan : "Saya sih merasanya begitu, coba lihat tetangga saya, dari jaman saya masih kecil hingga saya dewasa, kehidupannya tetap saja tidak berubah, masih tetap kaya. Saya tidak pernah melihat atau mendengarnya susah. Katanya hidup ini seperti roda yang berputar, terkadang di atas dan terkadang di bawah. Tapi kok tetangga saya itu tidak pernah berada di bawah ya, sementara kehidupan saya ini berubah-ubah terkadang di atas, ya terkadang di bawah ?"

Demikianlah sedikit cuplikan dari "keluhan" kawan saya ini. Sebuah pertanyaan sederhana dalam lingkup kehidupan sosial yang nyata terjadi dan mungkin ada di dalam hati kita semua meski terkadang tidak pernah terucapkan. 

Sebenarnya, jawaban pertanyaan tersebut sangat mudah bagi orang yang berpikir luas dan panjang, namun saya akan coba mengulasnya dari sisi lain. 

Allah Maha Kaya, Maha Pemurah, Maha Adil dan juga Maha Bijaksana. Itu tidak perlu diragukan atau dipertanyakan lagi. Kekayaan Allah sungguh sangat berlimpah, Kemurahan Allah sungguh tiada berbatas dan Keadilan Allah memiliki bentuk sendiri. Tanpa diminta saja, Allah selalu memberi apalagi bila diminta. Adilnya Allah tidaklah sama dengan adilnya manusia. Bila manusia menganggap sebuah keadilan adalah dengan membagi sama rata, maka tidak demikian dengan Allah. Karena Allah Maha Mengetahui, maka Allah tidaklah memberi setiap apa yang kita minta, melainkan memberi pada apa yang menurut Allah baik bagi kita. 

Namun terlepas dari hal tersebut, apakah berarti kita tidak perlu meminta lagi kepada Allah dengan dalih "bukankah Allah tahu mana yang terbaik bagi kita ?". Tentunya tidak demikian adanya. Sebagai manusia, kita tetap harus memintanya sambil disisi lain juga berikhtiar untuk mewujudkan apa keinginan kita. 

"Ud'uuni astajiblakum !" 
Mintalah padaKu, niscaya kan Kukabulkan permintaanmu

Pernahkah terbersit dalam hati kita untuk membuat sebuah proposal kepada Allah ? 
Sebagai manusia, di dalam kehidupan sehari-hari pasti kita memiliki keinginan. Sebagai contoh, bagi karyawan tentunya kita sering mengajukan proposal kepada pimpinan perusahaan tempat dimana kita bekerja, entah itu proposal cuti, proposal kenaikan pangkat atau proposal kenaikan gaji dan lain sebagainya. Lalu mengapa kita tidak mengajukan proposal kepada Allah, Sang Maha Kuasa atas segalanya ? Lalu bagaimana caranya ? Jawabannya sederhana, do'a merupakan bentuk proposal kita dan Sholat 5 waktu adalah medianya. 

Sebuah proposal dibuat dengan syarat dan etika tersendiri agar mendapatkan persetujuan. Penggunaan bahasa yang jelas dan santun, waktu pengajuan dan cara penyampaiannya yang tepat akan menentukan berhasil atau tidaknya sebuah proposal tersebut disetujui. Demikian pula ketika kita mengajukan sebuah proposal kepada Allah maka hal-hal di atas juga berlaku. 

Mulailah dengan berwudhu' untuk mensucikan diri dari najis yang melekat, kemudian gunakan pakaian yang pantas karena kita akan berhadapan dengan Allah. Kalau untuk menghadap pimpinan saja kita berpakaian yang rapi, apalagi ketika berhadapan dengan Allah, Sang pencipta yang telah menciptakan pimpinan kita, bukankah harusnya lebih rapi lagi ? Namun tidak seperti di kantor yang ketika mengajukan proposal harus pula melihat mood pimpinan yang bagus (baca : tidak jelas), mengajukan proposal kepada Allah punya waktu yang jelas yaitu 5 waktu sehari selama  seumur hidup kita karena tidak ada satu waktupun dari waktu yang Allah sediakan tidak tepat karena Allah tidak pernah memiliki Bad Mood kepada hambaNya yang datang menghadap. 

Bila kita cermati, ketika kita tengah duduk diantara dua sujud, maka do'a yang diucapkan sudah mewakili seluruh proposal hidup kita. Tidak percaya, silahkan simak :

Robbigfirli,... Wahai Tuhanku
Warhamni,... Sayangi diriku
Wajburni,... Cukupkan kekuranganku
Warfa'ni,.... Angkatlah derajatku
Warzuqni,... Berilah aku rizki
Wahdini,... Berilah petunjuk kepadaku
Wa'afini,... Berikanlah aku kesehatan
Wa'fu 'anni,... Berilah ampunan kepadaku

Bayangkan saja, ketika kita tengah mengajukan proposal kepada pimpinan kita dan saat itu pimpinan kita mengatakan "baik, permintaan anda saya setujui", apakah anda akan bahagia ketika keluar dari ruangannya ? 
Sama dengan hal tersebut diatas, bayangkan bila ketika kita meminta kepada Allah dengan kalimat di atas, pada bait demi bait do'a Allah menjawab seluruh permintaan tersebut dengan "Aku Kabulkan Permintaanmu", apa kira-kira kita akan susah hidup di dunia ini ?

Oleh karena itu, mengapa sholat disebut sebagai pondasi agama, karena ada banyak nilai dan makna yang terkandung di dalamnya dari sekedar melaksanakan kewajiban saja. Jadikan sholat sebagai sebuah kebutuhan bagi kita, maka Insya Allah kita tidak akan pernah takut ditimpa kesulitan untuk hidup di dunia ini karena kita tahu bahwa ada 5 waktu bagi kita untuk bisa menghadap kepada Allah, dan ketika Allah menjawab seluruh do'a kita, maka apalagi yang harus ditakutkan oleh kita ? 

Semoga sedikit tulisan ini bisa memberikan pencerahan bagi kita semua. Dirikan sholat karena kita memang butuh kepada Allah, lakukan pekerjaan kita sebagai bentuk amaliyah di dunia, ucapkan do'a karena kita memang mengharapkan pertolonganNya, serta berpasrah dan berpikir positif bahwa Allah akan mengabulkan do'a kita, maka Insya Allah hidup kita akan penuh dengan nilai optimis yang tinggi tanpa takut dengan kemiskinan, hidup tidak berkecukupan dan tersasar di dunia ini. 

Simaklah firman Allah dalam Al-Qur'an ini :

"Wamaa min daabbatin fil ardi illaa 'alallahi rizquha"
Tidak ada satupun yang melata dibumi ini kecuali Allah telah memberikan rizki kepadanya

Allah Maha Kaya dan Maha Pemurah, hanya sebagai manusia kita saja yang tidak tahu cara memintanya. Semoga Allah memberikan taufiq dan hidayahNya kepada kita semua sebagai orang mu'min.