2 bulan lalu, aku sempat terkena penyakit saraf terjepit yang biasa disebut dikalangan medis sebagai HNP (Hernia Nucleus Pulposus). Ceritanya hari itu hari Sabtu, usai dari jalan-jalan mengantar istri, ketika sampai di rumah aku bermaksud memindahkan bangku di teras rumah. Jadi seperti biasa, aku membungkuk untuk mengangkat bangku di teras tersebut. Posisinya mungkin sederhana saja, cuma membungkuk alakadarnya, namun mungkin karena posisiku belumlah sempurna ditambah aku terlalu anggap sepele pekerjaan tersebut dikarenakan memang sebenarnya pekerjaan biasa saja. Dan seketika "cetit" terasa seperti saraf ketarik dari sisi pinggang sebelah kiri sampai ke betis. Sakitnya,.... luar biasa. Aku pernah mengalami terkilir, salah urat, namun tidak seperti yang pernah aku alami tersebut, kali ini aku bisa merasakan bagaimana proses urat di pinggang hingga ke betisku ini terasa tertarik. Dalam hitungan 2 detik saja aku lepaskan peganganku ke bangku yang hendak aku angkat dan hanya bisa diam sejenak merasakan sakit yang terasa menjalar.
Dari malam hingga keesokan paginya aku tidak bisa tidur karena tubuh ini memang tidak bisa dibaringkan baik terlentang atau tertelungkup. Satu-satunya posisi tidur yang bisa kulakukan hanya menyamping dan itupun sakitnya tidak bisa kuhilangkan. Keesokan harinya, aku coba urut pinggangku ke tukang urut langgananku sambil kujelaskan perihal kejadian semalam. SIngkat kata, selesailah proses pengurutannya. Apakah hilang rasa sakitnya ? Yup, 1 - 2 jam usai diurut aku merasa tubuhku sudah normal, namun lewat 2 jam ternyata keadaan malah membuatku semakin parah. Badanku tidak bisa tegak berdiri, berjalanpun hanya kuat beberapa langkah saja, berdiripun juga hanya kuat dalam hitungan 10 detik saja. Lebih parahnya, posisi tidur terlentang dan tertelungkup nyaris tidak mungkin aku lakukan. Miringpun aku lakukan dengan susah payah. Alhasil aku hanya bisa memposisikan tubung dengan duduk bersandar saja. Dari sinilah penderitaanku dimulai. Aku hanya bisa melewati hari dengan duduk, untuk berjalan yang jaraknya cuma 3 - 4 meter saja aku harus bersusah payah sekali. Tak bisa aku ungkapkan dengan kata bagaimana rasa sakitnya. Dalam hati aku membatin, seperti inikah rasanya saraf terjepit itu ? Mengapa bisa aku simpulkan aku terkena saraf kejepit ? karena aku langsung browsing mencari keterangan di beberapa situ kesehatan dan gejala yang aku alami hampir 100% sama dengan apa yang aku dapatkan keterangannya.
Hari-hari selanjutnya aku lewati dengan rasa tersiksa. Terlebih ketika saatnya aku harus memeriksakan diri ke dokter saraf, sungguh sebuah perjalanan yang sangat menyiksa dan tidak bisa aku lupakan sampai saat ini. Aku minta istriku memboncengku dengan motor dan sepanjang perjalanan aku merasakan sebuah perjuangan menahan rasa sakit yang tidak terkira. Sekecil apapun guncangan yang ditimbulkan selama perjalanan, entah karena kerikil atau polisi tidur, terasa bagaikan rajaman di pinggangku. Ingin rasanya nangis saat itu karena rasa sakit yang tidak tertahankan.
Singkat cerita, aku positif didiagnosa terkena saraf kejepit dan harus dilakukan perawatan. Akupun dirujuk ke dokter ortopedi untuk diperiksa dan dari hasil radiologi didapati bahwa ada saraf terjepit di ruas lumbar 3, kemudian tulang belakangku sedikit bengkok sehingga menekan saraf yang ada disana sehingga menyebabkan radang dan radang ini yang menyebabkan sakit yang luar biasa tersebut. Oleh dokter aku diwajibkan menggunakan korset penyangga tulang belakang dan tidak boleh dilepas terkecuali ingin tidur. Dalam hati aku bergumam, bagaimana bisa tidur dengan rasa sakit ini ?
Oleh dokter ortopedi aku diberikan obat penghilang rasa sakit dan obat anti radang. Dokter mengatakan bahwa proses ini akan memakan waktu paling cepatnya 2 minggu bahkan bisa sampai hitungan bulan tergantung seberapa parahnya penyakitku ini. 1 Minggu aku konsumsi obat dari dokter, namun tanda-tanda penyakitku sembuh atau lebih ringan saja tidak terjadi. Jujur saja aku mulai merasa was-was saat itu.
1 minggu usai berobat ke dokter ortopedi, aku berusaha mencari informasi lain sebagai referensi kesembuhan. Dari hasil browsingku, akupun mampir ke alamat alternatif : Ahli Totok Syaraf yang diasuh oleh Pak Hendrawan, seorang pakar pengobatan syaraf yang banyak mengobati pasien yang terkena masalah di seputar tulang belakang. Esoknya, aku paksakan berangkat kesana. Aku pikir namanya juga ikhtiar jadi tidak ada salahnya aku coba. Ketika sampai di tempat Pak Hendrawan, aku langsung didiagnosa dan ternyata dengan pengalamannya Pak Hendrawan sudah bisa membaca bahwa tulang belakangku agak bengkok sehingga menekan saraf, padahal hasil rontgen tidak aku tunjukkan. Mulailah aku diterapi oleh Pak Hendrawan. Pak Hendrawan bilang, kalau saja tidak terlambat, mungkin sekali terapi sudah cukup, tapi karena sudah terlambat maka paling tidak butuh 2 kali atau 3 kali terapi. Terapi yang dilakukan oleh Pak Hendrawan terdiri dari beberapa tahap, yaitu :
Tahap pertama tubuh kita diberikan acupuncture, tahapan kedua diberikan acupressure dan tahapan ketiga posisi tulang yang bengkok mulai diluruskan. Dari ketiga tahapan itu, tahapan ketiga yang bikin aku berhenti bernafas yaitu ketika tulang belakangku yang membengkok diperbaiki kelurusannya, rasanya mantap (baca : nyesek).
Namun, usai terapi pertama yang dilakukan oleh Pak Hendrawan, saat itu juga aku merasakan adanya keringanan dari rasa sakitku ini. Aku yang datang kesana dengan berjalan terbungkuk dan melangkah tertatih, sudah bisa berjalan pulang dengan tegak dan langkahku terasa ringan meski masih merasakan sakit. kemudian pada pengulangan usai di terapi kedua kalinya, Alhamdulillah aku sudah tidak lagi merasakan sakit.
Kesimpulan yang bisa aku ambil, bagi siapapun penderita HNP ini, ada 2 hal yang perlu dilakukan, berobat ke dokter harus dilakukan karena dari dokterlah kita mendapatkan obat penghilang rasa sakit dan penghilang radangnya, sementara ke alternatif semacam Pak Hendrawan, posisi tulang yang menekan saraf kita diperbaiki. Kombinasi kedua cara ini membuat proses penyembuhannya menjadi cepat. Yang pasti, dari beberapa keterangan yang aku baca, HNP tidak akan hilang apabila hanya diobati oleh obat saja, perlu penanganan secara pisik pula untuk menuntaskan penyakit ini. Adapun pelajaran yang aku ambil dari kasusku, jangan pernah menganggap remeh sebuah pekerjaan sekalipun hanya mengangkat sebuah bangku. Hal lainnya, selalu berusaha mencari kesembuhan dan bersabarlah dalam menjalani pengobatan karena kesembuhan tidak datang secara tiba-tiba.